You are currently browsing the category archive for the ‘Buddhisme Dan Wanita’ category.

Pertanyaan 1

Saat Ratu Maha Pajapati meminta Sang Buddha untuk mengijinkannya masuk ke Persamuhan, mengapa Sang Buddha semula ragu tetapi kemudian mengijinkannya?

Bagi Anda yang tertarik dengan penabhisan wanita, ini adalah pertanyaan yang paling menjadi teka-teki, yang mana membutuhkan pemahaman kontekstual yang mendalam. Read the rest of this entry »

Hampir semua agama besar di dunia ini terimbas oleh pemikiran primitif atas menstruasi (datang bulan). Pada waktu menstruasi, kegiatan keagamaan kaum wanita dibatasi secara kolot. Mereka tidak diperkenankan untuk menyentuh apalagi membaca kitab suci, memasuki tempat ibadah, menjalankan kegiatan keagamaan, dan sebagainya. Wanita yang sedang menstruasi dianggap sebagai wanita yang kotor (tidak suci), yang harus diisolasi. Pada pihak lain, Buddhisme memandang menstruasi sebagai suatu proses jasmaniah yang bersifat alamiah sebagaimana yang diakui dalam ilmu pengetahuan modern.

Read the rest of this entry »

Bangkok, Thailand — Menentukan sikap Guru Buddha terhadap kaum wanita, secara langsung berhubungan dengan sifat teralami dari Buddhisme itu sendiri dan berhubungan dengan apakah Buddhisme mendukung pergerakan hak azasi manusia untuk demokrasi dan persamaan atau tidak. Untuk menjawab pertanyaan ini, seseorang akan selalu dapat berargumen bahwa tidak mungkin untuk memeriksa kebenaran atas jawabannya, karena Guru Buddha telah lama Parinirvana. Namun, bagian-bagian yang terdapat dalam Tripitaka, yang merupakan kumpulan terbesar dari suatu ajaran agama di dunia, menyajikan referensi yang baik dalam pertanyaan kita. Read the rest of this entry »