Lebih konsisten dengan metode ilmiah, dibandingkan dengan agama tradisional yang berdasarkan keyakinan semata, Kalama Sutta menekankan pada penilaian berdasarkan bukti-bukti, bukan ketergantungan pada keyakinan semata, desas-desus maupun spekulasi semata:
“Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.”
– Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65
Arti yang dimaksud dari sutta tersebut sama seperti “Nullius in verba” – yang sering diterjemahkan sebagai “Jangan dengarkan siapapun (Take nobody’s word for it)”, moto dari Royal Society.