You are currently browsing the category archive for the ‘Sutta’ category.

Demikian yang telah kami dengar :

1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, di Pubbarama milik Migaramata. Pada waktu itu Vasettha dan Bharadvaja sedang menjalani latihan kebhikkhuan di antara para Bhikkhu, berkeinginan untuk menjadi bhikkhu. Kemudian pada malam hari itu, setelah bangkit dari samadhi-Nya, Sang Bhagava keluar dari kamar (kuti) dan berjalan ke sana ke mari (cankammana) di alam terbuka di sebelah kamar. Read the rest of this entry »

Ketika itu, di kota Vesali mengalami wabah kelaparan yang mengakibatkan banyak korban kematian bagi penduduknya terutama kaum miskin. Karena adanya mayat yang membusuk, roh jahat mulai bergentayangan di kota itu; yang kemudian diikuti dengan wabah campak. Mewabahnya ketiga jenis ketakutan ini: kelaparan, mahluk halus, dan campak mengakibatkan penduduk mencari bantuan kepada Sang Buddha yang saat itu berdiam di Rajagaha.
Diikuti dengan sejumlah besar Bhikkhu termasuk Yang Mulia Ananda, pengikut setiaNya, Sang Buddha datang ke kota Vesali. Tibanya Sang Buddha diikuti dengan hujan teramat lebat dan deras, yang menyapu semua mayat membusuk hingga udara menjadi jernih dan kota menjadi bersih.
Setelahnya, Sang Buddha membabarkan Sutra Permata (Ratana Sutta) ini kepada Yang Mulia Ananda, dan memberikan perintah kepadanya mengenai bagaimana Ia harus berkeliling kota bersama penduduk Licchavi membaca Sutra untuk tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. Yang Mulia Ananda mengikuti perintah tersebut dan memercikkan air suci dari mangkok Sang Buddha kepada penduduk kota. Karenanya, semua roh jahat terusir dan wabah campak-pun menyusut. Kemudian, Yang Mulia Ananda bersama penduduk Vesali kembali ke Balai Umum, tempat Sang Buddha dan pengikutnya berkumpul menanti kedatangannya. Di sana Sang Buddha membacakan Sutra Permata tersebut kepada semua yang berkumpul:

1) Yanidha bhutani samagatni, bhummani va yani va antalikkhe; Sabbe va bhuta sumana bhavantu. Athopi sakkacca sunantu bhasitam.

2) Tasma hi bhuta nisametha sabbe, mettam karotha manusiya pajaya; Diva ca ratto ca haranti ye balim, tasma hi ne rakkhatha appamatta.

3) Yam kinci vittam idha va huram va, saggesu va yam ratanam panitam; Na no samam atthi Tathagatena, idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu

4) Khayam viragam amatam panitam, yad-ajjhaga Sakyamuni samahito; Na tena dhammena samatthi kinci, idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

5) Yem Buddhasettho parivannayi sucim, samadhim-anantarikannam-ahu, samadhim tena samo na vijjati; Idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

6) Ye puggala attha satam pasattha, cattari etani yugani honti, te dakkhineyya Sugatassa savaka, etesu dinnani mahapphalani; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

7) ye suppayutta manasa dalhena, nikkamino Gotamasasanamhi; te pattipatta amatam vigayha, laddha mudha nibbutim bhujamana; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

8) Yathindakhilo pathavissito siya, catubbhi vatehi asampakampiyo; Tathupamam sappurisam vadami, yo ariyasaccani avecca passati; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

9) Ye ariyasaccani vibhavayanti, gambhirapannena sudesitani; Kincapi te honti bhusam pamatta, na te bhavam atthamam-adiyanti; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

10) Saha-vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti; Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, silabbatam va pi yad-atthi kinci; Catuh-apayehi ca vippamutto, chaccabhithanani abhabba katum, idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

11) Kincapi so kammam karoti papakam, kayena vaca uda cetasa va; Abhabbo so tassa paticchadaya, abhhabbata ditthapadassa vutta; Idampi Sanghe ratana panitam, etena saccena suvatthi hotu.

12) Vanappagumbe yatha phussitagge, gimhina mise pathamasmim gimhe; Tathupamam dhammavaram adesayi, nibbinagamim paramam hitaya; Idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

13) Varo varannu varado varaharo, anuttaro dhammavaram adesayi; Idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

14) Khinam puranam, nava n’atthi sambhavam, virattacitta-yatike bhavasmim, te kninabija avirulnichanda nibbanti dnira yatnayam padipo; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

15) Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antaikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Buddnam namassama suvatthi hotu.

16) Yanidha bhutani samagatini, bnummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Dhammam namassama suvatthi hotu.

17) Yanidha bhutani samagatini, bhummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Sangham namassama suvatthi hotu.

Indonesia
1) Makhluk apapun juga yang berkumpul di sini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Semoga semua mahluk berbahagia. Dengarkanlah dengan seksama kata-kata yang Saya sabdakan.

2) Duhai para makhluk, perhatikanlah. Tunjukkanlah cinta kasihmu kepada umat manusia yang mempersembahkan sesajian kepadamu siang dan malam. Karenanya, lindungilah mereka dengan tekun.

3) Harta apa pun juga yang terdapat di sini atau di alam lain; Atau permata tak ternilai apa pun juga di alam surga. Tiada yang menyamai Sang Tathagata. Sesungguhnya, dalam Sang Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

4) Sang Bijaksana Sakyamuni menemukan lenyapnya dukkha, terlepasnya keinginan, pembebasan dari kematian, yang luhur; Tiada apa pun yang dapat menyamai keagungannya. Susungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

5) Kesucian yang dipuja oleh Sang Buddha, dinamakan samadhi dengan hasil segera — tiada satu pun yang dapat menyamai tingkat samadhi ini. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

6) Delapan orang yang dipuja oleh sang Budiman, Keempat pasangan ini adalah pengikut yang pantas mendapatkan pahala dari Sang Buddha — Pahala yang berbuah berkah berlimpah. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

7) Dengan tekad teguh mereka melaksanakan ajaran Gautama, tiada nafsu, mereka menuai hasilnya; terbebaskan dari kematian, mereka menikmati kedamaian abadi. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

8) Bagai tertanam kokoh di dalam tanah, tak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru; demikianlah orang bijaksana; Saya namakan, orang bijaksana yang telah memahami Kesunyataan Mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

9) Mereka yang telah memahami Kesunyataan Mulia yang dibabarkan dengan jelas olehNya dengan kebijaksanaan hakiki. Sekalipun mereka lalai, mereka tidak akan terlahir di delapan alam utama. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

10) Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan serentak, — Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhyul) —. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

11) Walaupun Ia bisa melakukan beberapa kesalahan dengan perbuatan, perkataan dan pikiran, Ia tak dapat menyembunyikannya; Adalah keniscayaan bagi seseorang yang telah memahami jalan mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

12) Bagaikan hutan belukar bermekaran bunga pada awal musim panas, demikian agunglah Dhamma menuju Nibbana yang Ia ajarkan, suatu kebajikan sejati. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

13) Ia, Yang Maha Agung, Maha Tahu, Maha Pemberi, Pembawa Keagungan, yang mengajarkan Keagungan Dhamma. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

14) Karma mereka sirna, tiada muncul karma baru, pikiran mereka telah terbebaskan dari kelahiran kembali, benih-benih lampau dimusnahkan. Keinginan tiada timbul kembali, kebijaksanaan muncul bagaikan terang pelita ini. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semua mahluk berbahagia.

15) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sang Buddha, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.

16) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Dhamma, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.

17)Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sangha, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia

English

The occasion for this discourse, in brief, according to the commentary, is as follows: The city of Vesali was afflicted by a famine, causing death, especially to the poor folk. Due to the presence of decaying corpses the evil spirits began to haunt the city; this was followed by a pestilence. Plagued by these three fears of famine, non-human beings and pestilence, the citizens sought the help of the Buddha who was then living at Rajagaha.

Followed by a large number of monks including the Venerable Ananda, his attendant disciple, the Buddha came to the city of Vesali. With the arrival of the Master, there were torrential rains which swept away the putrefying corpses. The atmosphere became purified, the city was clean.

Thereupon the Buddha delivered this Jewel Discourse (Ratana Sutta) to the Venerable Ananda, and gave him instructions as to how he should tour the city with the Licchavi citizens reciting the discourse as a mark of protection to the people of Vesali. The Venerable Ananda followed the instructions, and sprinkled the sanctified water from the Buddha’s own alms bowl. As a consequence the evil spirits were exorcised, the pestilence subsided. Thereafter the Venerable Ananda returned with the citizens of Vesali to the Public hall where the Buddha and his disciples had assembled awaiting his arrival. There the Buddha recited the same Jewel Discourse to the gathering:

1. “Whatever beings (non-humans) are assembled here, terrestrial or celestial, may they all have peace of mind, and may they listen attentively to these words:

2. “O beings, listen closely. May you all radiate loving-kindness to those human beings who, by day and night, bring offerings to you (offer merit to you). Wherefore, protect them with diligence.

3. “Whatever treasure there be either here or in the world beyond, whatever precious jewel there be in the heavenly worlds, there is nought comparable to the Tathagata (the perfect One). This precious jewel is the Buddha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

4. “That Cessation, that Detachment, that Deathlessness (Nibbana) supreme, the calm and collected Sakyan Sage (the Buddha) had realized. There is nought comparable to this (Nibbana) Dhamma. This precious jewel is the Dhamma. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

5. “The Supreme Buddha extolled a path of purity (the Noble Eightfold Path) calling it the path which unfailingly brings concentration. There is nought comparable to this concentration. This precious jewel is the Dhamma. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

6. “The eight persons extolled by virtuous men constitute four pairs. They are the disciples of the Buddha and are worthy of offerings. Gifts given to them yield rich results. This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

7. “With a steadfast mind, and applying themselves well in the dispensation of the Buddha Gotama, free from (defilements), they have attained to that which should be attained (arahantship) encountering the Deathless. They enjoy the Peace of Nibbana freely obtained. This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

8. “As a post deep-planted in the earth stands unshaken by the winds from the four quarters, so, too, I declare is the righteous man who comprehends with wisdom the Noble Truths. This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

9. “Those who realized the Noble Truths well taught by him who is profound in wisdom (the Buddha), even though they may be exceedingly heedless, they will not take an eighth existence (in the realm of sense spheres). This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

10. “With his gaining of insight he abandons three states of mind, namely self-illusion, doubt, and indulgence in meaningless rites and rituals, should there be any. He is also fully freed from the four states of woe, and therefore, incapable of committing the six major wrongdoings. This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

11. “Any evil action he may still do by deed, word or thought, he is incapable of concealing it; since it has been proclaimed that such concealing is impossible for one who has seen the Path (of Nibbana). This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

12. “As the woodland groves though in the early heat of the summer month are crowned with blossoming flowers even so is the sublime Dhamma leading to the (calm) of Nibbana which is taught (by the Buddha) for the highest good. This precious jewel is the Buddha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

13. “The Peerless Excellent one (the Buddha) the Knower (of Nibbana), the Giver (of Nibbana), the Bringer (of the Noble Path), taught the excellent Dhamma. This precious jewel is the Buddha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

14. “Their past (kamma) is spent, their new (kamma) no more arises, their mind to future becoming is unattached. Their germ (of rebirth-consciousness) has died, they have no more desire for re-living. Those wise men fade out (of existence) as the flame of this lamp (which has just faded away). This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

15. “Whatever beings (non-human) are assembled here, terrestrial or celestial, come let us salute the Buddha, the Tathagata (the perfect One), honored by gods and men. May there be happiness.

16. “Whatever beings are assembled here, terrestrial or celestial, come let us salute the perfect Dhamma, honored by gods and men. May there be happiness.

17. “Whatever beings are assembled here, terrestrial or celestial, come let us salute the perfect Sangha, honored by gods and men. May there be happiness.”

1. Bahum sahassam-abhinimmita sayudham tam
Girimekhalam uditaghora sasenamaram
Danadidhammavidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

2. Maratirekam-abhiyujjhita sabbarattim
Ghorampanalavakamakkha-m-athaddhayakkham
Khantisudantavidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

3. Nalagirim gajavaram atimattabhutam
Davaggicakkam-asaniva, sudarunam tam
Mettambusekavidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

4. Ukkhittakhaggam-atihatthasudarunam tam
Dhavam tiyojanapathan’gulimalavantam
Iddhibhi sankhatamano jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

5. Katvana kattham-udaram iva gabbhiniya
Cincaya dutthavacanam janakayamajjhe
Santena somavidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

6. Saccam vihaya matisaccakavadaketum
Vadabhiropitamanam atiandhabhutam
Pannapadipajalito jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

7. Nandopanandabhujagam vibudham mahiddhim
puttena therabhujagena damapayanto
iddh’upadesavidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

8. Duggahaditthibhujagena sudatthahattham
Brahmam viduddhijuti middhibakabhidhanam
Nanagadena vidhina jitava munindo
Tam tejasa bhavatu te jayamangalani.

9. Etapi buddhajayamangala atthagatha
Yo vacako dinadine sarate matandi
Hitvana neka vividhani c’upaddavani
Mokkham sukham adigameyya naro sapanno. Read the rest of this entry »